Pengaruh Komposisi Agregat Kasar Limbah Batu Bata dan Agregat Halus Limbah Plastik Terhadap Kuat Geser Balok Beton Bertulang Bambu
Main Author: | -, Rinaldi S |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/12749/ |
Daftar Isi:
- Perkembangan ilmu dalam bidang konstruksi di Indonesia pada masa sekarang sangat pesat, diantaranya dalam pembangunan perumahan, perkantoran, gedung bertingkat, rumah sakit, jembatan dan infrstruktur lainnya. Dalam konstruksi, beton adalah sebuah bahan bangunan komposit yang terbuat dari kombinasi agregat dan pengikat semen. Beton terbentuk dari campuran semen, pasir, kerikil, dan air. Salah satu teknologi yang sedang berkembang dalam konstruksi bangunan adalah beton ringan. Pada penelitia ini, material yang akan digunakan untuk campuran beton ringan adalah plastik sebagai agregat halus dan batu bata pecah sebagai agregat kasar. Material tersebut tergolong ringan sehingga dapat menghasilkan beton ringan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komposisi semen, agregat kasar batu bata dan agregat halus limbah plastik terhadap kuat geser balok bertulang bambu. Variasi komposisi pada penelitian ini yaitu 1,8:0,66:1,3; 2:0,66:1,3; dan 2:0,7:1,1 dengan perbandingan semen : plastik : batu bata dalam satuan berat. Semen yang digunakan adalah portland pozzolan cement (PPC) dengan FAS sebesar 0,7. Pada penelitian ini juga digunakan bahan tambah abu sekam padi sebanyak 20% dari jumlah semen. Sampel yang digunakan adalah balok berukuran 15 x 20 x 60 cm sebanyak 9 buah. Pengujian balok dilakukan pada umur 28 hari. Berdasarkan hasil pengujian, kuat geser paling besar terdapat pada komposisi 1,8:0,66:1,3 yang menghasilkan kekuatan sebesar 2582,33 kg. Rasio semen pada penelitian ini tidak berpengaruh besar terhadap kekuatan beton. Berat volume yang didapatkan berkisar antara 1610 – 1650 kg/m3 untuk benda uji balok. Jika ditinjau dari berat volume, benda uji sudah memenuhi syarat beton ringan, namun hasil kekuatan yang dihasilkan belum optimum.