MODEL KAMPANYE POLITIK PARTAI (Studi Kasus Peningkatan Suara Partai Amanat Nasional (PAN) Tahun 2009 di Kabupaten Jombang)
Main Author: | NASRUDIN, |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2013
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://eprints.umm.ac.id/30549/1/jiptummpp-gdl-nasrudin09-33708-2-babi.pdf http://eprints.umm.ac.id/30549/2/jiptummpp-gdl-nasrudin09-33708-1-pendahul-n.pdf http://eprints.umm.ac.id/30549/ |
Daftar Isi:
- Kampanye merupakan satu diantara bentuk kegiatan komunikasi politik. Melalui kampanye diharapkan lahir efek politik, yaitu perilaku memilih yang berpihak pada suatu partai politik dan dalam jumlah yang maksimal, terlembagakannya kehidupan politik masyarakat secara terus menerus dan adanya kedewasaan berpolitik masyarakat. Meskipun efektivitas kampanye tentu akan selalu berkaitan dengan variabel lain, khususnya variabel kondisi sosial yang dihadapinya. Model dan pendekatan kampanye yang dipandang sukses pada suatu daerah, belum tentu akan memperoleh hasil yang sama jika diterapkan di lingkungan masyarakat di daerah yang berbeda. Adapun tujuan penelitian ini adalah menemukan model teoritik pada Kampanye Politik PAN dalam mencapai tujuan politik partai di Kabupaten Jombang dengan menggunakan metode analisis Dramaturgi. Objek penelitian ini adalah Partai Amanat Nasional. Hal ini dikarenakan PAN secara kultur berbeda dengan mayoritas masyarakat yang ada di kabupaten Jombang yakni berfaham atau golongan Nadhiyin (NU) sementara PAN secara ideologi lahir dari Muhammadiyah. Penelitian ini menggunakan analisis Dramaturgi. Dalam dramturgi kehidupan sosial dapat dibagi menjadi “wilayah depan” (front region) dan “wilayah belakang” atau (back regoin). Wilayah depan merujuk pada peristiwa sosial yang menunjukkan bahwa individu bergaya atau menampilkan peran formalnya. Sebaliknya wilayah belakang merujuk pada tempat dan peristiwa yang memungkinkannya mempersiapkan perannya diwilayah depan. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa PAN di kabupaten Jombang mengoperasionalisasikan konsep kampanye politik dalam bentuk “menjual platform” politik sekaligus “memberi arahan kepada masyarakat” dengan tujuan khusus lebih pada internal PAN, yaitu merebut dan mempertahankan kekuasaan dengan cara persuasi agar mereka mengenal, menerima, dan mau turut serta pada perjuangan politik PAN. Serta tujuan umumnya adalah beroentasi eksternal yakni agar masyarakat mampu memahami proses demokratisasi yang ada di Jombang khusunya. Sementara itu aktor yang dilibatkan dalam kampanye politik PAN bukan saja dari internal kabupaten Jombang, melainkan juga melibatkan aktor-aktor politik di luar kabupaten Jombang. Demikian juga pelibatan aktor tersebut tidak hanya melibatkan komponen struktur PAN tetapi juga melibatkan aktor yang secara struktur tidak masuk dalam jajaran kepengurusan PAN dan bahkan secara kultur bertolak belakang dengan berdirinya PAN sebagai sebuah partai politik. Dalam hal ini adalah pelibatan tokoh-tokoh NU di Kabupaten Jombang. Isi pesan kampanye politik PAN adalah muatan-muatan baik yang bersifat nasional maupun bersifat lokal seperti pelayanan kesehatan, pendidikan, ekonomi, pertanian dan pelayanan birokrasi dengan menonjolkan sisi keberpihakan anggran, seperti pendidikan gratis atau murah, akses pelayanan mudah, pupuk murah dan harga tetap stabil. Agar isi pesan dapat diterima masyarakat, maka PAN menggunakan jargon-jargon kampanye sebagai media untuk lebih mendekatkan diri dengan kondisi yang ada di kabupetan Jombang seperti “PAN Menang Rakyat Senang”, “PAN Menang, Jombang Aman”, “PAN Menang, Birokrasi Jadi Gampang”. Adapun media yang digunakan untuk menyampaikan pesan kampanye, selain media massa dan madia warga, juga menggunakan media-media keagamaan seperti Yasinan, Tahlilan, Jamiyah Istigosah, Fatayat bahkan pondok-pondok pesantren yang ada di kabupaten Jombang, disisi lain PAN juga menggunakan tokoh-tokoh atau ketua-ketuanya sebagai daya tarik tersendiri untuk mensosialisasikan gagasan-gagasan kampanye PAN. Kampanye politik PAN juga tidak anti gender. Disini PAN “memanfaatkan” kelompok-kelompok perempuan sebagai media untuk memperhatikan aspirasi mereka diantaranya Fatayat, Muslimat, Aisyah dan jamiyah-jamiyah keagamaan yang berbasis perempuan. Salah satu kendala yang dihadapi PAN dalam kampanye politiknya adalah sosok Ali Fikri yang tidak lagi menjabat sebagai wakil Bupati, kemampuan logistik kampanye, sifat pragmatis masyarakat dan Jombang merupakan “kandangnya ijo”. Adapun solusi yang diambil PAN adalah melakukan pelayanan dan pemberdayaan dari bawah, serta menguatkan kembali garis ideologi perjuangan PAN. Dalam keterkaitannya dengan teori Dramaturgi Kampanye politik PAN bisa dikatakan sebagai panggung teater karena didalamnya terjadi proses-proses interaksi yang melibatkan banyak aktor dan masing-masing aktor mempunyai peran dan fungsi masing-masing yang dimainkan. Untuk memainkan peran tersebut aktor menggunakan bahasa verbal dan menampilkan prilaku nonverbal serta menggunakan atribut-atribut, seperti kendaraan yang secara khusus dikasi logo PAN, pakaian atau kaos yang dikasi logo PAN dan foto calon anggota dewan. Itulah yang disebut “wilayah depan” (front region). Semantara wilayah “wilayah belakang” atau (back regoin) adalah persiapan PAN dalam melakukan kampanye politik dengan melakukan diskusi “kecil” baik di kantor DPD PAN maupun dirumah-rumah calon anggota dewan. Diskusi-diskusi ini dilakukan dalam rangka mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan prosesi kampanye yang akan dilakukan setelahnya.