KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU DENGAN SISWA PENYANDANG TUNAGRAHITA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR (Studi Kasus Pada SLB-C1. D Bina Asih Bondowoso)
Main Author: | Wiyoga, Aditya Bekti |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2013
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://eprints.umm.ac.id/27086/1/jiptummpp-gdl-adityabekt-33457-1-pendahul-n.pdf http://eprints.umm.ac.id/27086/2/jiptummpp-gdl-adityabekt-33457-2-babi.pdf http://eprints.umm.ac.id/27086/ |
Daftar Isi:
- Fenomena anak berkebutuhan khusus sangat menarik dipelajari, hal ini disebabkan anak berkebutuhan khusus mempunyai kemampuan atau perilaku terbatas dibandingkan dengan anak-anak normal pada umumnnya. Sehingga dalam aspek berkomunikasi, komunikasi antara guru dan anak berkebutuhan khusus dalam proses belajar mengajar berbeda dengan anak normal pada umumnya. Tunagrahita adalah salah satu kecacatan pada manusia yang terletak kepada kelemahan inteligensinya. Mereka dalam mengenyam pendidikan di bangku sekolah, memerlukan sekolah khusus yakni SLB-C yang mengaplikasikan program intruksional yang disebut Individualized Educational Program (IEP). Program intruksional tersebut menekankan komunikasi interpersonal sebagai pelayanan individu dalam proses belajar mengajarnya. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui komunikasi interpersonal guru dengan siswa penyandang tunagrahita dalam proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar merupakan proses komunikasi yang mana di dalamnya terjadi proses penuangan pesan yang berupa isi ajaran dan didikan yang ada di kurikulum yang dituangkan oleh guru atau sumber lain ke dalam simbol-simbol komunikasi kepada siswa sebagai penerima pesan. Proses komunikasi dalam proses belajar mengajar tidak jarang mengalami hambatan. Artinya tidak selamanya pesan yang disampaikan oleh pengirim pesan mudah diterima oleh penerima pesan. Terlebih pada proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru kepada siswa tunagrahita. Gangguan komunikasi bisa terjadi pada setiap elemen-elemen komunikasi yang mendukungnya. Pelaku komunikasi di dalam berkomunikasi melakukkan pengaturan pesan seperti pemilihan strategi dan perencanaan pesan untuk mendapatkan tujuan komunikasi yang diinginkannya. Teori-teori dari tradisi sosiopsikologis memiliki fokus pada cara pelaku komunikasi dalam mengatur pesan. Penelitian dan teori dari karya ini berkecenderungan bersifat kognitif yang memiliki orientasi yang menjelaskan cara manusia menyatukan informasi dan perencanaan yang sesuai. Beberapa teori sosiopsikologis seperti teori penyusunan tindakan, teori konstruktivisme, teori kesopanan, teori perencanaan, logika penyusunan pesan dan teori pengertian secara semantik merupakan teori-teori yang dapat menjelaskan pengaturan pesan yang dilakukan oleh pelaku komunikasi di dalam penelitian ini. Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan metodenya studi kasus dengan tipe deskriptif. Penelitian ini menekankan pada catatan yang menggambarkan situasi yang sebenarnya guna mendukung penyajian data. Penelitian ini terdiri dari 4 kasus komunikasi interpersonal yang unit analisisnya berupa 2 guru kelas yang masing-masing mengajar 2 siswanya yang telah ditetapkan berdasarkan teknik purposive sampling. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Kemudan data-data penelitian dianalisis menggunakan model Miles dan Huberman yang dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus hingga tuntas. Untuk menguji keabsahan data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi sumber, yakni dilakukan dengan mengecek data yang telah diperoleh dari beberapa narasumber. Hasil penelitian yang diperoleh dari 4 kasus komunikasi interpersonal guru dengan siswa penyandang tunagrahita memberikan pandangan yang berbeda pada setiap kasusnya. Perbedaan ini di dasarkan atas kharakteristik dan keunikan tersendiri pada pelaku komunikasi. Pada kasus I, guru menyusun tindakan-tindakan yang tepat dalam proses pembelajaran agar efektif dengan upaya menyusun materi yang sesuai dengan kapasitas berfikir siswa, menyertakan media bantu pembelajaran yang konkret, mengatur bahasa yang tepat dan menyampaikan materi dengan bercerita. Pada kasus II, Berdasarkan pengetahuannya, guru dapat menerapkan strategi yang sesuai menurut sudut pandangnya mengenai siswanya dan melakukan perencanaan pesan yang di dalamnya terdapat tindakan-tindakan tertentu yang berurutan untuk menyusun tujuan utama dari proses belajar mengajar. Pada kasus III, Penggunaan strategi perolehan pemenuhan dapat membantu guru untuk menguasai kondisi-kondisi tertententu seperti kepatuhan. Pesan yang dibentuk berdasarkan logika dalam menghadapi situasi tertentu dapat mencapai tujuannya. Pada kasus IV, Menunjukkan perhatian, pemberian pujian dan berbicara dengan sopan kepada siswa merupakan strategi FTA (Face Threats Acts) dengan bentuk kesopanan positif. FTA ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan wajah positif guru untuk disukai, dihargai dan dihormati oleh siswa yang mendatangkan kepatuhan bagi siswa.