RANCANG BANGUN DAN METODE SEDERHANA TEKNOLOGI PEMANFAATAN AIR HUJAN UNTUK AIR MINUM
Main Author: | Surinta Harko Miyangga |
---|---|
Format: | PeerReviewed eJournal |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA UM
, 2009
|
Online Access: |
http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/pkm/article/view/2153 |
Daftar Isi:
- RINGKASAN LAPORAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA RANCANG BANGUN DAN METODE SEDERHANA TEKNOLOGI PEMANFAATAN AIR HUJAN UNTUK AIR MINUM. BIDANG KEGIATAN PKM TEKNOLOGI Oleh : Surinta Harko Miyangga 305322481385/2005 Noer Arie Rachman 305322481406/2005 Bagus Andrianto Saputro 104411474483/2004 UNIVERSITAS NEGERI MALANG MALANG 2008 RANCANG BANGUN DAN METODE SEDERHANA TEKNOLOGI PEMANFAATAN AIR HUJAN UNTUK AIR MINUM Surinta Harko Miyangga Noer Arie Rachman Bagus Andrianto Saputro Universitas Negeri Malang Malang ABSTRAK Manusia memanfaatkan air untuk berbagai macam keperluan, seperti minum, mandi, kebersihan, irigasi, kebutuhan industri, dan sebagainya. Untuk berbagai kebutuhan tersebut, kualitas dan kuantitas air perlu diperhatikan, terutama pemanfaatan air sebagai air minum, karena kualitas air sangat mempengaruhi kualitas kesehatan manusia. Pemanfaatan air hujan sebagai air minum dapat dijadikan alternatif. Selain relatif bersih, hujan selalu datang tiap tahun sehingga persediaannya dapat direncanakan. Pemanfaatan air hujan untuk air minum dapat dilakukan dengan memanfaatkan bahan-bahan alami yaitu arang batok kelapa, kerikil marmer, pasir dan kerikil. Metode yang digunakan cukup sederhana yaitu dengan menampung air hujan dalam tandon kemudian dialirkan pada bak penyaring dengan susunan bahan-bahan penyaring dari atas ke bawah: arang batok kelapa, kerikil marmer, pasir halus, pasir kasar, kerikil halus dan kerikil kasar. Air hasil penyaringan kemudian ditampung dalam reservoir. Untuk kehigienisan, air dalam reservoir diberi kaporit secukupnya, selanjutnya air diberi garam yodida dan kapur untuk memenuhi kebutuhan garam dalam tubuh. Pengujian alat menunjukkan bahwa dapat telah bekerja sesuai dengan perencanaan awal. Pengamatan sifat fisis air hasil saringan yang dilakukan secara langsung menunjukkan bahwa air yang dihasilkan tidak berasa, tidak berwarna dan tidak berbau. Hal ini menunjukkan bahwa keseluruhan proses pembuatan alat hingga pembersihan bahan-bahan penyaring telah sesuai dengan prosedur untuk menghasilkan air yang layak pakai. Secara umum kondisi air yang dihasilkan dari alat penyaring menunjukkan bahwa air yang dihasilkan bisa diminum, sesuai dengan sifat dasar air hujan yang tidak mengandung racun. Namun perlu dilakukan perebusan untuk membunuh bakteri yang larut dalam air. Kata Kunci : Air hujan, penyaring, air minum. PENDAHULUAN Air adalah salah satu kebutuhan manusia yang sangat vital, keberadaannya tak dapat dipisahkan dari akivitas manusia. Manusia memanfaatkan air untuk berbagai macam keperluan, seperti minum, mandi, kebersihan, irigasi, kebutuhan industri, dan sebagainya. Untuk berbagai kebutuhan tersebut, kualitas dan kuantitas air perlu diperhatikan, terutama pemanfaatan air sebagai air minum, karena kualitas air sangat mempengaruhi kualitas kesehatan manusia. Selain itu, rasa, bau dan warna air juga sangat dipertimbangkan karena tingkat keseringan minum. Semakin air itu tidak berkualitas, rasa, bau dan warnanya tidak normal, orang akan enggan untuk meminumnya. Setidaknya air yang bersih dapat diidentifikasi dengan mata telanjang, yaitu bila air terlihat jernih atau bening, tidak berbau dan tidak berasa. Di Indonesia, untuk keperluan minum air biasanya diperoleh dari jaringan pipa PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum), sumur dangkal, sumur artesis, mata air dan air permukaan seperti sungai dan danau. Pada kenyataannya sumber-sumber air tersebut tidak selamanya dapat memenuhi kebutuhan air bagi masyarakat, baik dari segi kuantitas maupun dari segi kualitas. Namun, secara umum, masalah yang paling sering dialami oleh kebanyakan masyarakat adalah masalah minimnya debit (kuantitas) air yang dihasilkan oleh sumber-sumber air. Jaringan pipa PDAM yang banyak dimanfaatkan masyarakat perkotaan, tidak dapat menjangkau seluruh kawasan, apalagi daerah-daerah yang terpencil. Terkadang pengguna jasa PDAM juga sering terganggu oleh minimnya debit air. Demikian pula dengan penggunaan sumur artesis, suplai air tidak dapat memenuhi kebutuhan orang banyak, selain keterbatasan debit air pemanfaatan sumur artesis juga kurang diminati karena mahalnya biaya pembuatan satu unit sumur artesis beserta sarana kelengkapannya. Gangguan penggunaan air dari segi kualitas sering dialami oleh pengguna air permukaan, seperti sungai dan danau, sering terganggu oleh pencemaran. Air permukaan sangat mudah tercemar karena mengalami kontak langsung dengan benda-benda kotor dan seringkali dijadikan tempat pembuangan sampah dan limbah. Demikian pula pengguna sumur dangkal di daerah pantai, air sumur dipengaruhi oleh air laut sehingga air terasa payau atau asin. Sumur dangkal dan mata air, banyak digunakan oleh masyarakat pedesaan. Bagi daerah yang debit airnya normal sepanjang tahun, penggunaan kedua sumber air ini dapat diandalkan. Akan tetapi untuk daerah-daerah yang sering dilanda kekeringan, keberadaan sumur dan mata air tidak mencukupi kebutuhan air masyarakat pada musim kemarau. Selain itu sumur dangkal mudah sekali tercemar oleh air kotor yang berasal dari sungai atau rembesan air selokan dan WC. Oleh karena itu, pemanfaatan air hujan sebagai air minum dapat dijadikan alternatif. Selain relatif bersih, hujan selalu datang tiap tahun sehingga persediaannya dapat direncanakan. Air hujan tidak berbeda dengan air dari sumber yang lain, karena pada dasarnya air dari sumber-sumber tersebut berasal dari air hujan. Air hujan yang jatuh ke permukaan tanah meresap dan secara alami tersaring oleh beberapa lapisan tanah. Air tersebut kemudian bercampur dengan air tanah yang lain. Zat-zat yang terkandung dalam air juga perlu diperhatikan. Kalau zat kimia tersebut beracun maka tidak dapat diminum walaupun air tersebut tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa. Tiap zat kimia yang terkandung dalam air juga mempunyai batas maksimum, apabila melampaui batas dapat membahayakan kesehatan. Air hujan berasal dari air yang menguap, lalu jatuh ke bumi berupa air hujan melalui media berupa udara, sehingga dapat dikatakan tidak mengandung mineral sama sekali. Air hujan lebih banyak mengandung gas terutama gas CO2 dan O2. Jelas bahwa air hujan tidak mengandung zat racun atau zat yang dapat mengganggu kesehatan. Dapat disimpulkan air hujan dapat diminum, juga dapat dipergunakan untuk mandi, karena tak ada zat yang yang bisa menimbulkan penyakit kulit. Pemanfaatan air hujan menjadi air yang layak pakai dapat dilakukan dengan mengaplikasikan sebuah teknologi sederhana yang menggunakan bahan-bahan alami. Alat ini tersusun atas, talang rambu, talang pipa, bak penyaring, reservoir, dan dilengkapi dengan pembubuh zat-zat desinfektan. Alat ini bekerja saat hujan turun. Saat hujan turun air mengalir dari atap ke talang rambu kemudian dengan melewati talang pipa (pipa penyalur) air menuju ke bak penyaring. Bak penyaring yang tersusun oleh bahan-bahan alami yaitu arang batok kelapa, kerikil marmer, pasir halus, pasir kasar, dan kerikil menyaring air hingga bersih. Air yang sudah bersih kemudian masuk ke reservoir dan selanjutnya dibubuhi zat-zat desinfektan seperti kaporit, kapur dan garam yodida, sehingga air memenuhi syarat-syarat untuk menjadi air minum yang sehat dan higienis. Selain untuk minum air hasil olahan air hujan ini juga dapat dimanfaatkan untuk keperluan lain seperti mandi, cuci, dan keperluan kebersihan lainnya. Talang pipa Pipa penyalur air Air hujan Talang rambu Penyaringan dari sampah-sampah Cara kerja alat ini cukup sederhana, berfungsi bila hujan turun. Adapun urutannya adalah sebagai berikut: Tandon penampung air hulan Menampung sementara air hujan yang turun Bak saringan Penghilangan bau dan penyaringan sampah-sampah halus yang lolos, debu, bakteri, dan spora. Reservoir Penampungan olahan air hujan Ide pemanfaatan air hujan ini dapat dipergunakan sepenuhnya oleh masyarakat yang sering mengalami kekurangan air bersih, seperti masyarakat di daerah yang belum terjangkau oleh jaringan pipa PDAM, masyarakat di sepanjang pesisir utara pulau jawa seperti Situbondo, Probolinggo, Pasuruan, dan juga masyarakat yang terdapat di daerah-daerah yang pada musim kemarau sering mengalami kekeringan seperti daerah Bojonegoro. Bagi masyarakat yang sering mengalami kekurangan air bersih, pemanfaatan air hujan untuk air minum sangat menguntungkan dari segi ekonomi. Satu unit reservoir beserta kelengkapan lainnya, dapat dimanfaatkan hingga 25 tahun bahkan lebih. Bila dibandingkan dengan pembelian air, tentu lebih menguntungkan. Selain itu faktor kebersihan telah dipenuhi oleh air hujan, sehingga tidak ada keraguan untuk memanfaatkannya, baik untuk minum maupun keperluan lain. Rumusan masalah yang tercakup adalah, bagaimanakah metode pemanfaatan air hujan untuk air minum, bagaimanakah hubungan antara bentuk dan luasan penampang tiap komponen alat dengan debit air yang dihasilkan dan bagaimanakah kondisi air yang dihasilkan dari penyaringan air hujan. Seiring dengan rumusan masalah maka tujuan penelitian adalah, untuk mengetahui metode pemanfaatan air hujan untuk air minum, untuk mengetahui hubungan antara bentuk dan luasan penampang tiap komponen alat dengan debit air yang dihasilkan dan untuk mengetahui kondisi air yang dihasilkan dari penyaringan air hujan.. Selanjutnya diharapkan dapat tercipta teknologi sederhana yang dapat mengubah air hujan menjadi air bersih dan sehat yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan hidup sehari-hari. Penelitian ini sangat bermanfaat bagi semua pihak. Bagi peneliti, penelitian ini dapat meningkatkan kreativitas sekaligus dapat mengtahui cara mengubah air hujan menjadi air bersih dan sehat yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan hidup sehari-hari. Bagi masyarakat, diharapkan teknologi ini dapat mengatasi permasalahan masyarakat, khususnya masalah keterbatasan persediaan air bersih. Sedangkan bagi pemerintah diharapkan diharapkan dapat membantu usaha pemerintah dalam menangani masalah kekurangan air bersih yang dialami masyarakat. METODE PENDEKATAN Kegiatan PKMT ini dilakukan di Desa Triwungan RT 14 RW 07 Kecamatan Kotaanyar Kabupaten Probolibnggo selama kurang lebih 3 bulan mulai minggu pertama bulan Maret sampai bulan Mei 2008. metode pelaksanaan kegiatan PKMT ini secara rinci meliputi: 1. Metode yang digunakan pada kegiatan ini mencakup kegiatan perencanaan, penelitian, pembuatan alat dan pengembangan. a. Metode yang dilaksanakan terutama menyangkut aspek kekreativitasan dan ketelitian b. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian yang seksama tentang prospek dari alat sehingga dapat digunakan oleh masyarakat luas. c. Metode pembuatan alat meliputi: 1. Perencanaan bentuk atau kontruksi dan tata letak. 2. Pengetahuan yang berkaitan dengan proses pemanfaatan air hujan sebagai air minum yang bersih dan sehat. 3. Penentuan bahan-bahan yang akan digunakan. d. Metode pengembangan yang dilaksanakan meliputi penyempurnaan alat sehingga dapat bekerja lebih baik dan memberikan hasil yang lebih baik pula. Sosialisasi dan penggandaan alat juga sangat diperlukan agar masyarakat dapat merasakan dan menerapkan teknologi ini. 2. Metodologi Perealisasian Alat a. Studi literatur mengacu pada kontruksi dan cara kerja alat yang dirancang meliputi bagian-bagian yang menyusun dan hal-hal berkaitan dengan alat pengubah air hujan menjadi air bersih dan sehat yang dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari, hal-hal tersebut adalah : - Studi tentang kebutuhan air bersih. - Studi tentang hujan. - Studi tentang dasar-dasar kontruksi alat. - Studi tentang sistem penyaringan air hujan. - Studi tentang penampungan olahan air hujan. - Studi tentang penghigienisan olahan air hujan. - Studi tentang pemanfaatan olahan air hujan. - Studi tentang kebersihan alat. b. Penentuan spesifikasi alat Spesifikasi alat yang direncanakan adalah: 1. Sumber air yang akan diolah berasal dari air hujan. 2. Alat ini dalam penyaringan air menggunakan teknologi sederhana yang menggunakan bahan-bahan alamiah. 3. Alat ini dilengkapi dengan bagian-bagian yang berfungsi menjadikan air hujan lebih higienis dan layak pakai. c. Perencanaan alat Perencanaan alat berhubungan dengan perencanaan sistem pengumpulan air, penghigienisan dan penampungan olahan air hujan. Langkah-langkah perencanaan alat adalah sebagai berikut 1. Pembuatan blok diagram cara kerja alat. 2. Perencanaan untuk masing-masing alat penyusun. Alat ini tersusun atas bagian-bagian yang masing-masing memiliki fungsi spesifik, sehingga setiap bagian perlu perencanaan yang matang agar berfungsi dengan baik. d. Pembuatan alat Pembuatan alat dilakukan di Desa Triwungan RT 14 RW 07 Kecamatan Kotaanyar Kabupaten Probolibnggo. e. Pengujian alat Pengujian alat dilakukan dengan cara memastikan setiap bagian-bagian berfungsi dengan baik, kemudian diuji secara keseluruhan yaitu berupa pengukuran kecepatan aliran (debit) air pada masing-masing bentuk dan luasan penampang tiap komponen alat dan pengujian kondisi air yang dihasilkan. HASIL DAN PEMBAHASAN Sesuai dengan perencanaan yang telah disusun sebelumnya, pembuatan kontruksi alat menghasilkan bangunan yang siap digunakan untuk memanfaatkan air hujan sebagai air minum. Namun demikian Struktur alat yang telah didesain sebelumnya ternyata perlu perbaikan demi keefisienan dan keefektifan alat. Perbaikan meliputi penambahan tandon penampung air hujan dan penggantian bak reservoir dengan tandon plastik. Tandon penampung air hujan diposisikan tepat diatas bak penyaring sebagai tempat jatuh pertama kalinya air hujan dari talang, hal ini untuk menghindari peluapan air hujan jika ditampung langsung pada bak penyaring, sekaligus sebagai penampung sementara air hujan yang turun. Demikian pula dengan bak reservoir, bak reservoir yang semula direncanakan dibuat dengan material bangunan diganti dengan tandon plastik yang dimaksudkan untuk menjaga kehigienisan air hasil saringan dan penghematan dana. Penambahan tandon penampung air hujan mengakibatkan penambahan tinggi struktur bangunan alat sehingga perlu menempatkan talang pada posisi atap yang lebih tinggi. Air hujan yang turun dari atap akan melewati talang rambu dan talang pipa sebelum masuk pada bak penyaring. a. Talang rambu Air hujan dari atap akan mengalir ke talang-talang dan dari talang-talang disalurkan ke reservoir. Potongan melintang dari talang yang sederhana adalah setengah lingkaran. Besarnya luas basah dari potongan melintang tergantung dari intensitas hujan dan luas atap. Untuk menghitung luas talang dapat digunakan rumusan berikut: Misalnya, lama hujan 5 menit dengan tinggi curah hujan 3,25 mm, dengan luas atap 75 m2, maka debit air adalah: Debit ini adalah yang terbesar yang terdapat pada ujung talang. Karena talang biasanya dipasang hampir datar, maka dapat dipakai rumus sederhana: Q = V x F Kecepatan V diambil 0.15 - 0.20 m/detik. Dengan kecepatan ini debu dan pasir turut mengalir. Jika V = 0.20 m/detik, maka luas potongan melintang talang: Potongan melintang merupakan setengah lingkaran maka diameter lingkaran adalah 10,2 cm. (dengan rumusan r2 dan r = 1/2 x d). Talang sebaiknya dibuat miring dengan kemiringan 1:1000 - 1:500. Pada ujung talang, air hujan oleh pipa dialirkan ke reservoir. Ditempat ini dibuat saringan, guna menyaring sampah dari daun-daun, dan sampah-sampah lainnya, agar pipa penyalur air ke reservoir tidak tersumbat. b. Pipa penyalur (talang pipa). Perhitungan talang pipa berdasarkan intensitas hujan 3.25 mm selama 5 menit. Talang pipa minimum berdiameter 2 inchi, yaitu untuk luas atap 30-125 m2. perhitungan diameter talang pipa sebagai berikut: Untuk luas atap 125 m2 Q = 1.354 x 10-3 m3/detik Tinggi jatuh : h = 3.00 m Kecepatan : V = = = 7.67 m/detik. Luas pipa : Diameter pipa d = 1.4992 cm. Diameter pipa dikalikan 3.5 maka 3.5 x 1.4992 cm = 5.2472 cm = 2 inchi Selanjutnya talang pipa setinggi 1.75 m dari bawah dari pipa baja galvanis, untuk menjaga kerusakan akibat benturan yang tak disengaja. Untuk tinggi lebih dari 1.75 m boleh menggunakan plat seng galvanis. Talang pipa dekat konstruksi bak saringan, sebaiknya diberi 2 buah kran penutup, masing-masing ditempatkan di saluran masuk saringan dan satu lagi ditempatkan di pelimpahan. Supaya tidak mudah goyah, talang pipa diberi begel dan baut yang berjarak 0.75-1.25 m dari as satu ke as lainnya. Konstruksi saringan bertujuan untuk menyaring sampah halus, debu, bakteri-bakteri beserta spora-sporanya ditempatkan diatas reservoir. Apabila reservoir terbuat dari bahan beton bertulang, maka konstruksi saringan juga dari bahan beton bertulang dan dasar saringan dibuat berlubang-lubang. Menurut Fajar Hadi (1978), yang harus diperhatikan pada kostruksi saringan ialah: Bahan penyaring Bahan penyaring memakai pasir dari bahan kwarsa yang keras. Sebaiknya dipakai pasir bangka. Bahan yang kedua adalah kerikil, juga dari bahan kwarsa yang keras. Bahan yang ketiga adalah marmer dan arang batok kelapa. Lapisan-lapisan penyaring dari atas kebawah terdiri atas : - Lapisan arang batok kelapa, tebal lapisan 15-20 cm Fungsi lapisan arang batok kelapa adalah menghilangkan bau air hujan yang kurang enak. - Lapisan kerikil marmer, tebal lapisan 10-15 cm. tiap butir berdiameter antara1.0-1.5 cm. Lapisan kerikil marmer selain berfungsi menyaring CO2 agresif, juga menyaring sampah-sampah halus yang mungkin masih lolos, juga juga untuk menahan air hujan yang masuk agar lapisan pasir dibawahnya tidak teraduk. - Pelat baja berlubang-lubang, diameter lubang 0.5 cm. untuk menahan kerikil marmer agar tak masuk kedalam pasir. Tebal plat baja ± 3 mm dan sebaiknya dicat dan diaspal. - Lapisan pasir halus. Tebal lapisan 60 cm, tiap butir berdiameter 0.5-1.0 mm. - Lapisan pasir kasar, tebal lapisan 10 cm, tiap butir berdiameter 2.0-3.0 mm. - Lapisan kerikil, tebal lapisan 10-15 cm, tiap butir berdiameter 1.0-1.5 cm. - Lapisan kerikil, tebal lapisan 10 cm, tiap butir berdiameter 2.0-3.0 cm. Untuk lubang dasar saringan berdiameter 1.0 cm. jarak antar lubang tersebut 2.5 cm. Luas bak saringan. Bak saringan ini dapat menyaring air 1.389 l/detik untuk luas saringan 1 m2. Bila luas atap adalah 90 m2 dan intensitas hujan adalah 3.25 mm/5 menit, maka debit (maksimum) dari air hujan yang masuk saringan adalah: /detik Pada bak bak saringan selain ada pipa masuk terdapat pula pipa peluap. Diameter pipa peluap sama dengan pipa masuk. Bak bak saringan ditutup dengan plat baja dengan tebal 3 mm dan dikunci. Desain rancang bangun Gambar Desain penyaring Kontruksi alat yang telah jadi Setelah keseluruhan konstruksi alat selesai dibuat, kemudian dilakukan pengamatan kecepatan aliran (debit) air pada masing-masing luasan penampang alat. Pengamatan meliputi air yang mengalir pada bak penyaring dan air yang meninggalkan bak penyaring menuju bak reservoir, dengan rincian sebagai berikut: a. Pengukuran debit air.dari tandon ke bak penyaring No H (cm) Q (l/s) 1 30 0.566 2 25 0.5371 3 20 0.5172 4 15 0.4438 5 10 0.4167 6 5 0.3947 h = ketinggian air dari lubang keluarnya air Q = Debit aliran air b. Pengukuran debit air dari bak penyaring ke reservoir No h (cm) Q (l/s) 1 30 0.7273 2 25 0.7059 3 20 0.6522 4 15 0.6383 5 10 0.6364 6 5 0.625 h = ketinggian air dari permukaan paling atas penyaring Q = Debit aliran air Saat air pada bak penyaring hanya tertinggal pada susunan bahan penyaring, kecepatan aliran air semakin menurun, dengan kecepatan aliran air tertinggi 0.6122 l/s dan terendah 0.0375 l/s. Data ini menunjukkan bahwa luasan bak penyaring telah sesuai untuk menghindari terjadinya peluapan karena terlalu banyak air yang mengalir dari tandon penyimpan air hujan menuju bak penyaring. Sehingga dalam keadaan bak penyaring kosong, aliran air dari tandon penyimpan air hujan langsung bisa tersaring dan masuk ke bak reservoir. Pengamatan sifat fisis air hasil saringan yang dilakukan secara langsung menunjukkan bahwa air yang dihasilkan tidak berasa, tidak berwarna dan tidak berbau. Hal ini menunjukkan bahwa keseluruhan proses pembuatan alat hingga pembersihan bahan-bahan penyaring telah sesuai dengan prosedur untuk menghasilkan air yang layak pakai. Namun demikian, alat ini tidak selamanya dapat dipakai diberbagai tempat. Pemanfaatan alat ini perlu diawali dengan uji kandungan air hujan, karena alat ini hanya dapat digunakan pada daerah-daerah dengan kondisi air hujan yang turun tidak mengandung racun ataupun logam berat. Perlu diperhatikan pula, kandungan air hujan yang sedikit mengandung garam mineral dapat mengganggu keseimbangan kerja alat-alat tubuh, sehingga masyarakat yang mengkonsumsi air hasil saringan air hujan perlu diimbangi dengan konsumsi bahan makanan yang cukup mengandung garam mineral yang dibutuhkan tubuh. Sementara Sifat umum kimiawi air hasil saringan juga menunjukkan sifat sebagai berikut : Kekeruhan : 2.9 NTU Kesadahan : 0.250D pH : 8,1 Secara umum kondisi air yang dihasilkan dari alat penyaring menunjukkan bahwa air yang dihasilkan bisa diminum, sesuai dengan sifat dasar air hujan yang tidak mengandung racun. Namun perlu dilakukan perebusan untuk membunuh bakteri yang larut dalam air. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan dan dari data yang telah diperoleh dapat disimpulkan: Pemanfaatan air hujan untuk air minum dapat dilakukan dengan memanfaatkan bahan-bahan alami yaitu arang batok kelapa, kerikil marmer, pasir dan kerikil. Metode yang digunakan cukup sederhana yaitu dengan menampung air hujan dalam tandon kemudian dialirkan pada bak penyaring dengan susunan bahan-bahan penyaring dari atas ke bawah: arang batok kelapa, kerikil marmer, pasir halus, pasir kasar, kerikil halus dan kerikil kasar. Air hasil penyaringan kemudian ditampung dalam reservoir. Untuk kehigienisan, air dalam reservoir diberi kaporit secukupnya, selanjutnya air diberi garam yodida dan kapur untuk memenuhi kebutuhan garam dalam tubuh.Penghitungan debit air yang dihasilkan tiap bentuk dan luasan penampang alat menghasilkan data sebagai berikut: a. Debit air dari tandon ke bak penyaring No h (cm) Q (l/s) 1 30 0.566 2 25 0.5371 3 20 0.5172 4 15 0.4438 5 10 0.4167 6 5 0.3947 h = ketinggian air dari lubang keluarnya air Q = Debit aliran air b. Debit air dari bak penyaring ke reservoir No h (cm) Q (l/s) 1 30 0.7273 2 25 0.7059 3 20 0.6522 4 15 0.6383 5 10 0.6364 6 5 0.625 h = ketinggian air dari permukaan paling atas penyaring Q = Debit aliran air Debit air semakin turun, saat air pada bak penyaring hanya tersisa pada susunan bahan penyaring, dengan kecepatan aliran air tertinggi 0.6122 l/s dan terendah 0.0375 l/s. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa luasan bak penyaring telah sesuai untuk menghindari terjadinya peluapan karena terlalu banyak air yang mengalir dari tandon penyimpan air hujan menuju bak penyaring. Secara fisis air yang dihasilkan telah memenuhi syarat yaitu tidak berasa, tidak berwarna dan tidak berbau. Sifat umum kimiawi air hasil saringan juga menunjukkan sifat sebagai berikut : Kekeruhan : 2.9 NTU Kesadahan : 0.250D pH : 8,1 Kondisi air yang dihasilkan dari alat penyaring menunjukkan bahwa air yang dihasilkan bisa diminum, sesuai dengan sifat dasar air hujan yang tidak mengandung racun. Namun perlu dilakukan perebusan untuk membunuh bakteri yang larut dalam air. 2 Saran Beberapa saran untuk perbaikan adalah: 1. Perlu adanya uji awal kandungan air hujan sebelum pembuatan alat. 2. Perealisasian alat hendaknya memperhatikan faktor transisi musim untuk menghindari tidak terpakainya alat. 3. Bak reservoir menggunakan tandon yang lebih besar agar kemampuan menampung air hasil saringan lebih banyak. DAFTAR PUSTAKA Frick, Heinz dan Setiawan, Pujo. L. 2001. Ilmu Konstruksi Struktur Bangunan. Jogjakarta: Kanisius. Hadi, Fajar. 1978. Usaha Memanfaatkan Air Hujan Untuk Air Minum. Bandung: Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan. Hadi, Fajar dan Riva'i, Nasroen. 2001. Ilmu Teknik Penyehatan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Honing, J. 2003. Konstruksi Bangunan Air Cetakan ke 8 (terjemahan: B. Syarif). Jakarta: PT. Pradnya Paramita. Ishar, H. K. 1995. Pedoman Umum Merancang Bangunan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Riyadi, Slamet. 1984. Pencemaran Air. Surabaya: Karya Anda. Subarkah, Imam. 1975. Bangunan Air. Bandung: Idea Dharma. Utaya, Sugeng. 2001. Pengantar Hidrologi. Malang: Universitas Negeri Malang.