Klan Girsang di Simalungun: Polemik asal usul, silsilah dan perkembangannya Djaludin Purbagirsang

Main Author: Damanik, Erond L
Format: Book PeerReviewed
Bahasa: ind
Terbitan: Simetri Institute , 2019
Subjects:
Online Access: http://digilib.unimed.ac.id/51818/1/Book.pdf
http://digilib.unimed.ac.id/51818/
Daftar Isi:
  • Dalam buku ini dijelaskan bahwa, sebelum pertengahan tahun 1960-an, klan Girsang di Simalungun mengakui leluhurnya yakni seorang pangultob (penyumpit) yang datang dari Lehu (Tanah Pakpak Dairi) kemudian berkembang di Simalungun. Menurut mereka, klan Girsang adalah mandiri dalam arti tidak menjadi bahagian dari klan Purba di Toba (utara Tapanuli) atau Tarigan di Pergendangan (Tanah Karo). Namun, pasca 1945, terutama sejak tahun 1955 disebutkan bahwa sebagian klan Girsang di Simalungun mengaku sebagai bagian dari klan Purba di utara Tapanuli (yang disebut Purbagirsang) dan sebagian mengaku dari Tanah Karo (Tarigangirsang). Namun, sebagai catatan bahwa sebelum tahun 1970, klan Girsang di Simalungun mengaku bersaudara dengan Girsang di Lehu (tanah Pakpak Dairi) maupun Girsang di Pergendangan (Karo) maupun Girsang di Silimahuta, Simalungun. Pasca rekonsiliasi berupa pembayaran hutang adat pada pertengahan tahun 1960-an, dan kemudian dilanjutkan dengan penyambutan klan Girsang di Siborongborong tahun 1970, maka klan Girsang menegaskan bahwa mereka tidak berasal dan tidak menjadi bagian dari klan Purba tetapi berasal dari klan Sihombing Lumbantoruan di Sitampurung, Siborongborong. Rekonsiliasi adat dan penyambutan sianak yang hilang tahun 1970 ini dilakukan dengan upacara adat selama 3 hari (30 Mei-1 Juni 1970) di Sitampurung.