Manajemen ZIS badan amil zakat studi kasus strategi pemasaran BAPELURZAM cabang Weleri Kendal dalam meningkatkan jumlah muzakki
Main Author: | Qulsum, Datin Umi |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2019
|
Subjects: | |
Online Access: |
https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/10080/1/SKRIPSI%20LENGKAP.pdf https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/10080/ |
Daftar Isi:
- Bapelurzam cabang Weleri yang sudah berdiri sejak tahun 1979 sampai sekarang masih tetap eksis dan banyak kemajuan dari segi pengelolaan dan perolehannya. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Manajemen ZIS Badan Amil Zakat ( studi kasus Strategi Pemasaran Bapelurzam Cabang Weleri Kendal ). Adapun rumusan masalahnya adalah bagaimanakah pengelolaan ZIS yang dilakukan oleh Bapelurzam dan bagaimanakah strategi pemasaran yang diterapkan oleh Bapelurzam cabang weleri kendal?. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan( field research ) dengan pendekatan kualitatif. Data primer berupa wawancara sedangkan data sekundernya adalah buku, brosur, dan website. Pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Adapun analisis data menggunakan metode kualitatif deskriptif. Bapelurzam dalam mendayagunakan zakatnya menggunakan pendayagunaan zakat antara lain : perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan dan evaluasi. Yang pertama, perencanaan berjalan sesuai rencana akan tetapi target zakatnya belum terpenuhi, tetapi ada kemajuan dari tahun sebelumnya. Yang kedua, pengorganisasian dibagi sesuai dengan ranting masing - masing daerah. Yang ketiga, pelaksanaan, pihak muzakki lebih bnayak yang mengantarkan zakatnya ke Bapelurzam, ada juga yang di jemput. Sedangkan penyalurannya, para amil membagi dana zakat tersebut sesuai 8 asnaf yaitu fakir, miskin, amil, muallaf, riqab, gharim, ibnu sabil, fi sabilillah. Yang keempat, penghawasan dan evaluasi. Perlu adanya pengawasan yang intensif baik secara internal maupun eksternal. Karena dana zakat ini bersifat sementara maka perlu adanya pemberdayaan yang berkelanjutan agar masyarakat bisa mandiri agar mustahiq bisa berubah menjadi muzakki.