Perencanaan Sistem Pembangkit Listrik Hybrid (Sel Surya dan Diesel Generator) Pada Kapal Tanker

Main Authors: Putri, Dhear Prima; Jurusan Teknik Sistem Perkapalan, Fakultas Teknik Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Koenhardono, Eddy S.; Jurusan Teknik Sistem Perkapalan, Fakultas Teknik Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Format: Article info application/pdf eJournal
Bahasa: eng
Terbitan: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS , 2017
Subjects:
Online Access: http://ejurnal.its.ac.id/index.php/teknik/article/view/19318
http://ejurnal.its.ac.id/index.php/teknik/article/view/19318/3128
Daftar Isi:
  • Sistem pembangkit listrik hybrid (sel surya dan diesel generator) merupakan salah satu alternatif solusi dari dampak negatif sistem pembangkit konvensional pada kapal – kapal di Indonesia. Penggunaan sistem pembangkit listrik hybrid ini dapat mendukung pengembangan teknologi kapal ramah lingkungan, ketika isu global warming semakin marak. Manfaat penerapan sistem pembangkit listrik hybrid adalah pengurangan konsumsi bahan bakar generator sekaligus pengurangan emisi gas buang dari kapal. Pemilihan sistem hybrid dengan tenaga surya disebabkan potensi sinar matahari Indonesia yang melimpah. Pada penelitian ini menggunakan metode analisis secara teknis dan ekonomis untuk melakukan perancangan sistem pembangkit listrik hybrid (sel surya dan diesel generator). Analisis teknis dan ekonomis dilakukan menggunakan objek penelitian kapal tanker MT. Gunung Geulis dengan membandingkan pembangkit listrik sistem hybrid dengan sistem konvensional yang saat ini banyak digunakan pada kapal – kapal di Indonesia. Dari hasil penelitian, penerapan pembangkit listrik sistem hybrid pada kapal MT. Gunung Geulis menghasilkan penghematan konsumsi bahan bakar sebesar 15,5 % per tahun bila dibandingkan dengan penggunaan sistem pembangkit listrik konvensional. Oleh karena itu, akibat kenaikan biaya investasi dan pengurangan biaya operasional pada sistem pembangkit listrik hybrid bila dibandingkan dengan sistem konvensional, maka break event point dapat tercapai pada tahun ke 3,69 atau setara dengan nilai nominal biaya total sebesar Rp 23.980.000.000,00 atau $ 1.803.007,52.