Rekrutmen Calon Anggota Legislatif Perempuan Oleh Partai Politik Di Kabupaten Lingga Pada Pemilu 2014

Main Author: Mafatihul Ulum
Format: Masters
Bahasa: ind
Terbitan: Program Pascasarjana Universitas Riau , 2017
Subjects:
Online Access: http://lib.pps.unri.ac.id//index.php?p=show_detail&id=3361
http://lib.pps.unri.ac.id//lib/minigalnano/createthumb.php?filename=../../images/docs/Mafatihul.PNG.PNG&width=200
Daftar Isi:
  • ABSTRAKMAFATIHUL ULUM, NIM: 15510244079, Rekrutmen Calon Anggota Legislatif Perempuan oleh Partai Politik di Kabupaten Lingga pada Pemilu 2014, dibimbing oleh Hasanuddin dan Muchid.Pada pemilu legislatif di Indonesia, caleg perempuandibekali keistimewaan khusus, yakniaffirmative actionatau dikenal dengan sebutan “kuota” perempuan yang mensyaratkan sekurang-kurangnya 30% daricalon yang didaftarkan bahkan dalam kepengurusan parpol. Adapun jumlah caleg perempuan pada Pemilu 2014 di Kabupaten Lingga yakni sebesar 31,5% dari keseluruhan caleg. Penempatan nomor urut juga menunjukkan tidak adanya caleg perempuan yang berada pada nomor urut 1. Maka dari itu muncul pandangan bahwa caleg perempuan tidak direkrut dengan baik dan hanya sebagai pelengkap kuota. Tujuan penelitan ini adalah untuk mengetahui proses rekrutmen politik calon legislatif perempuan oleh partai politik di Kabupaten Lingga pada Pemilu legislatif 2014. Kemudian dikembangkan menjadi dua sub-tujuan yakni: (a.) Untuk mengetahui cara parpol dalam menyeleksi dan menetapkan caleg perempuan; dan (b.) Untuk mengetahui cara parpol memberikan dukungan kepada caleg perempuan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kesamaan dalam upaya parpol merekrut caleg perempuan, yakni dengan memprioritaskan kader perempuan dari internal partai. Namun kader yang tersedia tersebut tidak bersedia untuk dicalonkan sehingga parpol merekrut caleg dari luar partai. Selain itu, dari segi dukungan parpol kepada caleg perempuan yang sudah direkrut dapat dikatakan bahwa dukungan yang diberikan belum dapat mengangkat daya saing caleg perempuan dan sebagian besar caleg perempuan yang ada tidak siap untuk dicalonkan. Ketidaksiapan tersebut dapat dilihat dari posisi nomor urut yang kurang ideal, latar belakang pendidikan, kesulitan dengan kondisi daerah yang berbentuk kepulauan, dan modal finansial. Sedangkan terpilihnya Seniy sebagai caleg perempuan terpilih dan memeperoleh suara tertinggi merupakan murni karena sudah mempersiapkan diri dengan strategi kampanye dan modal politik yang memadai.Kata Kunci: Rekrutmen Politik; Perempuan; Partai PolitikABSTRACTMAFATIHUL ULUM, NIM: 15510244079, Recruitment of Women Legislative Candidates by Political Party in Lingga Regency in 2014 Election, supervised byHasanuddin and Muchid.In the legislative election in Indonesia, women legislative candidates are given special privileges, namely affirmative action or known as "quota" of women which requires at least 30% of the candidates registered even ven in political party stewardship. The number of women candidates in the 2014 Election in Lingga Regency is 31.5% of all candidates. The placement of the sequence number also indicates the absence of women candidates in the sequence number 1. Therefore, it appears that women legislative candidates are not well recruited and only as a complement to the quota.The purpose of this research is to know the process of political recruitment of women candidates by political parties in Lingga Regency in legislative election 2014. Then developed into two sub-purposes are: (a.) To find out how political parties in selecting and assigning women candidates; and (b.) To find out how political parties provide support to women candidates.The results showed that there are similarities in the effort of political parties to recruit women candidates by prioritizing internal female members of the party. However, the available cadres are not willing to be nominated so that political parties recruit candidates from outside of the party. Moreover, in terms of support of political parties to women candidates who had been recruited can be said that the support provided has not been able to lift the competitiveness of women candidates and most of the women candidates are not ready to be nominated. This unreadiness can be seen from positions of less ideal sequence numbers, educational background difficulties with archipelago-shaped regions, and financial capital. While the election of Seniy as the elected female candidate and highest vote obtainer is purely because she has prepared herself with a campaign strategy and adequate political capital.Keywords: Political Recruitment; Women; Political Parties