PENDIDIKAN KARAKTER SECARA KOMPREHENSIF; SEBUAH KENISCAYAAN
Main Author: | Fatimah |
---|---|
Format: | Article info application/pdf Journal |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
Department of Research and Community Service at the Ummul Quro Al-Islami Bogor Institute
, 2020
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://jurnal.iuqibogor.ac.id/index.php/almubin/article/view/75 http://jurnal.iuqibogor.ac.id/index.php/almubin/article/view/75/54 |
Daftar Isi:
- The revolution in information, communication and transportation technology has made this world without borders. Globalization provides extraordinary opportunities and facilities for anyone who is willing and able to take advantage of them. However, globalization does not only have positive but also negative impacts. Competition, integration and collaboration are the positive impacts of globalization. But on the other hand, the birth of the instant generation (the present generation, now, can immediately enjoy desires without a process of struggle and hard work), moral decadence, consumerism and even permissiveness are some of the negative impacts of globalization (Jamal Maruf Asmani, 20212). Globalization has penetrated all corners of the world even though remote areas, into homes, hit moral and religious defenses, no matter how hard they are maintained. Television, internet, newspapers, cellphones are information and communication media that run rapidly, cross the boundaries of time and space, roll up traditional barriers that have been held tightly, and morality becomes loose. Things that were once considered taboo are now becoming mediocre. How to dress, interact with the opposite sex, enjoy entertainment in special places have become a trend in the modern world that is difficult to overcome, many people are lulled by fulfilling all their desires (Jamal Maruf Asmani, 20212). The character of the nation's children has changed to become fragile, easy to hit by the waves, fall into a tiring cultural trend and do not think about the consequences. Moral principles, national culture and struggle are weakened or even lost from their characteristics. Social phenomena that have occurred lately are evidence that our students are in a period of confusion and confusion about the direction of life. Data and facts from various survey agencies and relevant official government agencies have shown alarming evidence of student behavior deviations. Moving on from this reality, it appears that moral decadence among teenagers has become a dangerous mass phenomenon. Many factors cause this to happen, including the inclusion of minimal religious values in both the family and school environment and the "uswah" crisis (exemplary) from parents or teachers. Meanwhile, at the same time, permissive (all-permissible) and hedonistic (glorifying worldly pleasures) culture engulf the younger generation from all sides of life. If we look at the Hadith of Rasulullah SAW, the answer to all these deviations is a moral crisis (Islamic character). Prophet SAW. said: "Surely I was sent by Allah to perfect morals". (HR. Ahmad). If someone believes and does good deeds and has good morals, then he is safe in this world and the hereafter. Because, he is good at maintaining his relationship with Allah SWT through worship (hablum minallah) and is also able to harmonize relationships with fellow humans and the natural surroundings (hablum minan nas and hablum minal 'alam)
- Revolusi teknologi informasi, komunikasi dan transportasi menjadikan dunia ini tanpa batas. Globalisasi memberi peluang dan fasilitas yang luar biasa bagi siapa saja yang mau dan mampu memanfaatkannya. Namun globalisasi tidak hanya membawa dampak positif tapi juga negatif. Kompetisi, integrasi dan kolaborasi adalah dampak positif globalisasi. Namun di sisi lain, lahirnya generasi instan (generasi now, sekarang, langsung bisa menikmati keinginan tanpa proses perjuangan dan kerja keras), dekadensi moral, konsumerisme bahkan permisifisme adalah sebagian dampak negatif yang ditimbulkan globalisasi (Jamal Maruf Asmani, 20212). Globalisasi telah menembus semua penjuru dunia bahkan daerah terpencil sekalipun, masuk ke rumah-rumah, menghantam pertahanan moral dan agama, sekuat apa pun dipertahankan. Televisi, internet, koran, handphone adalah media informasi dan komunikasi yang berjalan dengan cepat, melintasi batas ruang dan waktu, menggulung sekat-sekat tradisional yang selama ini dipegang kuat-kuat, moralitas pun menjadi longgar. Sesuatu yang dahulu dianggap tabu, sekarang menjadi biasa-biasa saja. Cara berpakaian, berinteraksi dengan lawan jenis, menikmati hiburan di tempat-tempat spesial menjadi trend dunia modern yang sulit ditanggulangi, banyak manusia terlena dengan menuruti seluruh keinginannya (Jamal Maruf Asmani, 20212). Karakter anak bangsa pun berubah menjadi rapuh, mudah diterjang ombak, terjerumus dalam trend budaya yang melenakan dan tidak memikirkan akibat yang ditimbulkan. Prinsip-prinsip moral, budaya bangsa dan perjuangan melemah bahkan hilang dari karakteristik mereka. Fenomena sosial yang terjadi akhir-akhir ini, menjadi bukti bahwa anak didik kita sedang dalam masa kebimbangan dan kegalauan akan arah kehidupan. Data dan fakta dari berbagai lembaga survai dan Lembaga resmi pemerintah yang relevan telah menunjukkan bukti penyimpangan perilaku anak didik yang mengkhawatirkan. Beranjak dari realitas tersebut nampaklah bahwa dekadensi moral di kalangan remaja telah menjadi fenomena massal yang membahayakan. Banyak faktor yang menyebabkan hal itu terjadi, antara lain penanaman nilai-nilai agama yang minim baik di lingkungan keluarga maupun sekolah serta krisis “uswah” (keteladanan) dari orang tua atau guru. Sementara pada saat yang sama, budaya permisif (serba boleh) dan hedonis (mengagungkan kenikmatan duniawi) melanda generasi muda dari berbagai sisi kehidupan. Bila dicermati Hadis Rasulullah SAW, maka jawaban dari semua penyimpangan tersebut adalah krisis akhlak (karakter islami). Nabi SAW. bersabda: “Sesungguhnya aku diutus Allah untuk menyempurnakan akhlak”. (HR. Ahmad). Apabila seseorang beriman dan beramal shaleh serta memiliki akhlak yang baik maka selamatlah ia di dunia dan akhirat. Karena, ia pandai menjaga relasinya dengan Allah SWT melalui ibadah (hablum minallah) dan juga mampu mengharmoniskan hubungan dengan sesama manusia serta alam sekitarnya (hablum minan nas dan hablum minal ‘alam)